Senin, 04 Juli 2011

Pengalaman pembelajaran

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Banyaknya sekolah yang memiliki satu kurikulum yang begitu hebat, sehingga siswa-siswa yang baru belajar selama beberapa minggu dalam pembelajaran bisa mendapatkan bekal yang lebih banyak dari pada menghabiskan beberapa tahun. Namun semua itu berbeda dengan konsep dasarnya jika diberlakukan secara langsung. Sebab tidak sedikit siswa yang mengalaminya, namun kenyataannya proses pembelajaran lebih bisa diterima oleh seorang siswa jika pembelajaran itu dilakukan secara lanngsung dengan objek yang akan dipelajari.
Begitu juga dengan mengandalkan pengalaman-pengalaman pembelajaran yang sebelumnya seorang siswa dapat memahami dengan lebih baik dari pada menggunakan meteri. Sesuai dengan definisi pengalaman pembelajaran yaitu dimana Pengalaman belajar tidak sama dengan konten materi pembelajaran atau kegiatan yang dilakukan oleh guru. Istilah pengalaman belajar  mengacu kepada interaksi antara pembelajar dengan kondisi eksternal di lingkungan yang dia reaksi. RUMUSAN MASALAH
        i.            Apakah Pengertian Pengalaman Pembelajaran ?
      ii.            Tingkat-Tingkat Media Dalam pengalaman pembelajaran ?
    iii.            Teori Dalam Pengalaman Pembelajaran ?
    iv.            Ciri-ciri Pengalaman Pembelajaran?

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pengalaman Pembelajaran
Pengertian  pengalaman belajar  menurut Tyler (1973:63) adalah sebagai berikut, (Pengalaman belajar tidak sama dengan konten materi pembelajaran atau kegiatan yang dilakukan oleh guru. Istilah pengalaman belajar  mengacu kepada interaksi antara pembelajar dengan kondisi eksternal di lingkungan yang dia reaksi. Belajar, melalui perilaku aktif siswa; yaitu apa yang dia lakukan saat dia belajar, bukan apa yang dilakukan oleh guru).[1]
Caswel dan Campbell (dalam Sukmadinata, 2007: 4) mengatakan bahwa “kurikulum to be composed of all the experiences children have under the guidance of teachers (kurikulum tersusun atas semua pengalaman yang telah dimiliki oleh siswa dibawah bimbingan guru)”.  Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa:
1.      Pengalaman belajar  pengalaman mengacu kepada interaksi pebelajar   dengan kondisi eksternalnya, bukan konten pelajaran.
2.      Pengalaman belajar mengacu kepada belajar melaui perilaku aktif siswa,
3.      Belajar akan dimiliki oleh siswa setelah dia mengikuti kegiatan belajar-mengajar tertentu.
4.      Pengalaman belajar itu merupakan hasil yang diperoleh siswa.
5.      Adanya berbagai upaya yang dilakukan oleh guru dalam usahanya untuk membimbing siswa agar memiliki pengalaman belajar tertentu.
Dalam kaitan ini tentu guru pun ingin mengetahui seberapa jauh siswa telah menguasai pengalaman belajar yang ditentukan dan seberapa besar efektivitas bimbingan yang telah diberikan kepada siswa. Dalam konteks inilah evaluasi pengalaman belajar menjadi sangat penting karena evaluasi pengalaman belajar merupakan proses pengumpulan dan penginterpretasian informasi atau data yang dilakukan secara kontinyu dan sistematis untuk menentukan tingkat pencapaian hasil belajar siswa.
B.     Tingkat-Tingkat Media Yang Digunakan Dalam Pengalaman Pembelajaran
Mengajar dapat dipandang sebagai usaha yang dilakukan guru agar siswa belajar. Sedangkan yang dimaksud ,belajar itu sendiri adalah proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman. Dan pengalaman merupakan proses belajar yang sangat bemanfat, sebab dengan mengalami secara langsung kemungkinan kesalahan presepsi akan dapat dihindari. Namun demikian pada kenyataannya tidak semua bahan pembelajaran dapat disajikan secara langsung. Untuk memahami semua itu prlu adannya media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar bagi siswa, Egar Dale melukiskannya dalam sebuah kerucut yang kemudian dinamakan kerucut pengalaman (cone of exprience).[2]
kerucut pengalaman itu dikemukakan oleh Egar Dale memberikan gambaran bahwa pengalaman belajar diperoleh siswa melalui proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati dan mendenagar melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa. Selanjutnya uraian setiap pengalaman belaja seperti yabg digambarkan dalam kerucut pengalaman tesebut akan dijelaskan berikut ini.
        i.            Pengalaman langsung merupakan pengalaman yang diperoleh siswa sebagai hasil dari aktivitas sendiri. Sebab siswa berhubungan langsung dengan objek yang hendak dipelajari tanpa menggunakan perantara. Oleh karena itu pengalaman ini siswa sering mendapatkan hasil yang konkret sehingga siswa akan memiliki terapan yang tinggi.
      ii.            Pengalaman tiruan adalah pengalaman yang diperoleh melalui benda atau kejadian yang dimanipulasi agar mendekati keadaan yang sebenarnya. Pengalaman tiruan bukan pengalaman langsung lagi sebab objek yang dipelajari bukan yang asli atau yang sesungguhnya, melainkan objek tiruan sangat besar manfaatnya terutama untuk menhindari terjadinya verbalisme. misalnya siswa akan melajari kanguru.
    iii.            Pengalaman melalui drama yaitu pengalaman yang diperoleh dari kondisi dan situasi yang diciptakan melalui drama (peragaan) dengan mengguanakan scenario yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Dan tujuan belajar mlalui drama ini agar siswa memperoleh pengalaman yang lebih jelas dan konkret.[3]
    iv.            Pengalaman melalui demontrasi adalah teknik penyampaian informasi melalui peragaan. Kalau dalam drama siswa terlibat secara langsung dalam masalah yang dipelajari walaupun bukan dalam situasi nyata, maka pengalaman melalui demontrasi siswa hanya melihat peragaan orang lain.
      v.            Pengalaman wisata yaitu pengalaman yang diperoleh melalui kunjungan
kesuatu objek yang ingin dipelajari. Melalui wisata siswa dapat mengamati secara langsung, mencatat, dan bertanya tentang hal-hal yang dikunjungi.
    vi.            Pengalaman melalui pameran adalah usaha untuk menunjukkan hasil karya. Melalui pameran siswa dapat mengamati hal-hal yang ingin dipelajari seperti karya seni batik, seni tulis, seni pahat, atau bnda-benda bersejarah, dan hasil teknologi modern dengan berbagai cara kerjanya. Pameran lebih abstrak sifatnya dibangdingkan wisata, sebab pengalaman yang diperoleh hanya terbatas pada kegiatan mengamati wujud benda itu sendiri.
  vii.            Pengalaman melaui televisi merupakan pengalaman tidak langsung, seabab televisi mupakan perantara. Melalui televisi siswa dapat menyaksikan berbagai peristiwa yang ditayangkan dari jarak jauh sesuai dengan progam yang dirancang.[4]
viii.            Pengalaman melalui gambar hidup dan film, Gambar hidup atau film merupakan rangkaian gambar mati yang diproyeksikan pada layar dengan kecepatan tertentu.
    ix.            Pengalaman melalui radio dan gambar, Pengalaman melalui media ini sifatnya lebih abstrak dibandingkan dengan pengalaman melalui gambar hidup sebab hanya mengandalkan salah satu indra penglihatan saja.
      x.            Pengalaman melalui lambang-lambang visual seperti grafik, gambar, dan bagan. Sbagai alat komunikasi lambang visual dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada siswa. Siswa lebih dapat memahami berbagai perkembangan atau struktur melalui bagan dan lambang visual lainnya.[5]
    xi.            Pengalaman melalui lambang verbal merupakan pengalaman yang sifatnya lebih abstrak. Sabab siswa memperoleh pengalaman hanya melalui bahasa baik lisan maupun tulisan. Kemungkinan terjadinya verbalisme sebagai akibat dari perolehan pengalaman melalui lambang verbal sangat besar. Oleh sebab itu sebaiknya penggunaan bahasa verbal harus disertai dengan pengguanaan media lain.
  1. Teori Dalam Pengalaman Pembelajaran
Pada mulanya teori-teori belajar dikembangkan oleh para ahli psikologi dan dicobakan tidak langsung kepada manusia disekolah, melainkan menggunakan percobaan dengan menggunakan binatang. Mereka beranggapan bahwa hasil percobaannya akan dapat diterapkan pada proses belajar-mengajar manusia. Dan kemudian pada perkembangan berikutnya para ahli psikolog menerapkannya pada lingkungan sekolah. Sehubungan dengan uraian diatas, maka belajar cenderung diketahui sebagai suatu proses psikologis, terjadi didalam diri seseorang. Oleh karena itu, sulit diketahui dengan pasti bagaimana terjadinya. karena proses begitu kompleks, maka timbul beberapa teori tentang belajar. Dalam hal ini secara global ada tiga teori yakni, Teori Ilmu Jiwa Daya, Ilmu Jiwa Gestalt, dan Ilmu Jiwa Asosiasi.
  1. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya 
Jiwa manusia terdiri dari bermacam-macam daya. Masing-masing daya dapat dilatih dalam rangka untuk memenuhi fungsinya. Dan hal yang terpenting adalah bukan penguasaan bahan atau materinya, melainkan hasil dari pembentukan dari daya-daya tersbut.
  1. Teori Menurut Ilmu Jiwa Gestalt
Teori ini berpendapat bahwa keseluruhan lebih pnting dari bagian-bagian / unsur. Sebab keberadaannya kaseluruhan itu  juga lebih dulu.sehingga dalam belajar bermula pada suatu pengamatan, sebab pengamatan itu penting dilakukan secara menyeluruh. Menurut aliran teori belajar itu, sorang belajar jika mendapatkan insight. Ingsiht ini diperoleh kalau sesorang melihat hubungan tertentu antara berbagai unsure dalam situasi tertentu. Adapun timbulnya insight itu tergantung dengan hal-hal seperti kesanggupan dalam inteigensia, pengalaman dalam belajar sebab dari pengalaman akan mempermudah munculnya insight, taraf kompleks sifat dari suatu situasi dan jika sifatnya semakin kompleks maka akan semakin sulit juga, dengan banyak latihan akan banyak mempertinggi insight didalam situasi yang bersamaan, trial and eror sering seseorang tidak dapat menyelesaikan suatu permasalahan dan dengan trial and eror ini seseorang itu menemukan hubungan berbagai unsure dalam problem itu akhirnya sesesorang itu  menemukan insight.
Gestalt juga memiliki beberapa prinsip dalam belajar antara lain :
v  Manusia bereaksi dengan lingkunganya secara keseluruhannya, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, omesional, social, dan sebagainya.
v  Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.
v  Manusia berkembang keseluruhannya mulai dari kecil hingga dewasa.
v  Belajar yang berhasil ialah dimana dalam belajar itu bisa memperoleh insight dan memiliki tujuan.
Menurut J.Dewey ada lima langkah dalam upaya pemecahan yaitu :
v  Realisasi adanya masalah.
v  Mengajukan hipotesis .
v  Mengumpulkan data atau informasi.
v  Menilai dan mencoba usaha pembuktian hipotesis dengan keterangan-keterangan yang diperoleh.
v  Mengambil kesimpulan, membuat laporan atau berbuat sesuatu dengan hasil pemecahan soal tersebut.



  1. Teori Belajar Ilmu Jiwa Asosiasi
Ilmu jiwa asosiasi memiliki prinsip bahwa keseluruhannya terdiri dari penjumlahan bagian-bagian atau unsure-unsur. Dari aliran ini ada dua teori yang sangat terkenal yaitu teori Konektionisme dari Thorndike dan teori Conditioning dari Pavlov. Menurut Thorndike dasar dari pembelajaran adalah asosiasi antara kesan panca indra (sense impression) dengan implus untuk bertindak (implus to action).
Asosiasi yang demikian ini dinamakan “connecting”, dengan kata lain belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, antara aksi dan reaksi. Antara aksi dan reaksi akan sangat erat hubungannya jika sering dilakukan pelatihan yang rutin.[6]
Dalam teori Conditioning ini di misalkan jika seseorang itu mencium bau makanan yang kelihatannya enak maka secara otomatis air liurnya akan keluar. Bentuk kelakuan semacam ini pun pernah dipelajari oleh Pavlov dengan mengadakan percobaan dengan salah satu binatang.Dan itu bisa dimpulkan bahwa semua itu disebabkan karena kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus dan itu tak kita sadari dengan akal sehat kita. Adapun teori-teori yang lain diantaranya sebagai berikut :
Ø  Berhavioristik
Pembelajaran selalu memberi stimulus kepada siswa agar menimbulkan respon yang tepat seperti yang kita inginkan. Hubunagn stimulus dan respons ini bila diulang kan menjadi sebuah kebiasaan.selanjutnya, bila siswa menemukan kesulitan atau masalah, guru menyuruhnya untuk mencoba dan mencoba lagi (trial and error) sehingga akhirnya diperoleh hasil.
Ø   Kognitivisme
Pembelajaran adalah dengan mengaktifkan indera siswa agar memeperoleh pemahaman sedangkan pengaktifan indera dapat dilaksanakan dengan jalan menggunakan media/alat Bantu. Disamping itu penyampaian pengajaran dengan berbagai variasi artinya menggunakan banyak metode.
Ø  Humanistic
Dalam pembelajran ini guru sebagai pembimbing memberi pengarahan agar siswa dapat mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai manusia yang unik untuk mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya sendiri. Dan siswa perlu melakukan sendiri berdasarkan inisisatif sendiri yang melibatkan pribadinya secara utuh (perasaan maupun intelektual) dalam proses belajar, agar dapat memperoleh hasil.
Ø  Sosial / Pemerhatian / Permodelan
Proses pembelajaran melalui proses pemerhatian dan pemodelan Bandura (1986) mengenal pasti empat unsur utama dalam proses pembelajaran melalui pemerhatian atau pemodelan, yaitu pemerhatian (attention), mengingat (retention), reproduksi (reproduction), dan penangguhan (reinforcement) motivasi (motivion). Implikasi daripada kaidah ini berpendapat pembelajaran dan pengajaran dapat dicapai melalui beberapa cara yang berikut:
 Penyampaian harus interktif dan menarik
 Demonstasi guru hendaklah jelas, menarik, mudah dan tepat
Hasilan guru atau contoh-contoh seperti ditunjukkan hendaklah mempunyai mutu yang tinggi.[7]
  1.  Ciri-ciri Pembelajaran
Menurut Eggen & Kauchak (1998) Menjelaskan bahwa ada enam ciri pembelajaran yang efektif, yaitu:
        i.            Siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan,
      ii.             Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran,
    iii.            Aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian,
    iv.            Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada siswa dalam menganalisis informasi,
      v.            Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir, serta
    vi.            Guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya mengajar guru.
Adapun ciri-ciri pembelajaran yang menganut unsur-unsur dinamis dalam proses belajar siswa sebagai berikut :
· Motivasi Belajar
Motivasi dapat dikatakan sebagai serangkaina usaha untuk menyediakan kondisi kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatau, dan bila ia tidak suka, maka ia akan berusaha mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi, motivasi dapat dirangsang dari luar, tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri seseorang. Adalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang/siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjalin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dihendaki dapat dicapai oleh siswa (Sardiman, A.M. 1992).[8]
· Bahan Belajar
Yakni segala informasi yang berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain bahan yang berupa informasi, maka perlu diusahakan isi pengajaran dapat merangsang daya cipta agar menumbuhkan dorongan pada diri siswa untuk memecahkannya sehingga kelas menjadi hidup.

· Alat Bantu Belajar
Semua alat yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi)) dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (siswa). Inforamsi yang disampaikan melalui media harus dapat diterima oleh siswa, dengan menggunakan gabungan beberaapa dari alat indera mereka. Sehingga mereka dapat menrima infprmasi dengan baik.
· Suasana Belajar
Suasana yang dapat menimbulkan aktivitas atau gairah pada siswa adalah apabila terjadi :
  1. Adanya komunikasi dua arah (antara guru-siswa maupun sebaliknya) yang intim dan hangat, sehingga hubungan guru-siswa yang secara hakiki setara dan dapat berbuat bersama.
  2. Adanya kegairahan dan kegembiraan belajar. Hal ini dapat terjadi apabila isi pelajaran yang disediakan berkesusaian dengan karakteristik siswa.
Kegairahan dan kegembiraan belajar jug adapat ditimbulkan dari media, selain isis pelajaran yang disesuaiakan dengan karakteristik siswa, juga didukung oleh factor intern siswa yang belajar yaitu sehat jasmani, ada minat, perhatian, motivasi, dan lain sebagainya.
· Kondisi Siswa Yang Belajar
Mengenai kondisi siswa, siawa memilki sifat yang unik, artinya anatara anak yang satu dengan yang lainnya berbeda, dan cara berfikir yang berbeda pula.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1)      Pengertian pengalaman pembelajaran :
Pengalaman belajar tidak sama dengan konten materi pembelajaran atau kegiatan yang dilakukan oleh guru. Istilah pengalaman belajar  mengacu kepada interaksi antara pembelajar dengan kondisi eksternal di lingkungan yang dia reaksi. Belajar, melalui perilaku aktif siswa, yaitu apa yang dia lakukan saat dia belajar, bukan apa yang dilakukan oleh guru.
2)      Tekni-teknik Media yang digunakan dalam pembelajaran :
Media yang digunakan dalam pembelajaran ini menurut edgar dale digambarkan dalam bentuk kerucut pengalaman yang terbagi menjadi sebelas bagian diantarannya sebagai berikut :
Pengalaman tiruan, Pengalaman tiruan, Pengalaman melalui drama, Pengalaman melalui demontrasi, Pengalaman wisata, Pengalaman melalui pameran, Pengalaman melaui televise, Pengalaman melalui gambar hidup dan film, Pengalaman melalui radio dan gambar, Pengalaman melalui lambang-lambang visual, Pengalaman melalui lambang verbal. Dari kesemua media tersebut sudah dijelaskan secara terperinci di bagian pembahasan diatas.



3)      Teori Dalam Pengalaman Pembelajaran :
Pada mulanya teori-teori belajar dikembangkan oleh para ahli psikologi dan teori itu pertama kalinya diujikan pada binatang dan ternyata membuahkan hasil yang bagus serta teori itu juga diterapkan pada manusia. Kemudian para ahli psikologi itu mengembangkan pada dunia pendidikan. Sehingga pada suatu ketika para ahli psikolog itu membuat beberapa teori diantaranya Teori Ilmu Jiwa Daya, Teori Ilmu Jiwa Gestalt, Teori Ilmu Jiwa Asosiasi dan lain-lainnya yang kesemuannya dijelaskan pada point ke tiga.
4)      Ciri-Ciri Pengalaman Pembelajaran :
Dalam hal ini disimpulkan bahwa peserta didik yang aktif dan guru sebagai fasilisator saja. Namun ada hal lain yang mendukung pembelajaran bisa berjalan dengan lancar yaitu dengan memberikan motivasi belajar pada peserta didik, bahan belajar dan alat bantu belajar yang sesuai serta bisa membuat faham peserta didik dengan mudah, plus suasana belajar yang cocok untuk pembelajaran, tak lupa juga kondisi peserta didik harus diprhatikan sebab pecuma jika semua itu bisa berjalan dengan lancar namun  kondisi peserta tidak mendukung jadi semua itu harus saling berhubungan.





DAFTAR PUSTAKA

·         Dr. Wina Sarjana, M.pd. Strategi pembelajaran. Kencana.2008.Jakarta..
·         Sadirman A.M. Interaksi dan motivasi belajar mengajar.Pt Rajagrafindo Persada.2006.Jakarta.
·         Prof,dr. Nana Syaodih Sukmadinata.Landasan Psikologi Proses Pendiddika.Pt Remaja Rosdakarya.2005 Bandung.
·         Nasution.Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Dan Mengajar.Bumi Aksara.1982.Bandung.



[1] www.unesa.ac.id/doc.pdf
[2] Dr. Wina Sarjana, M.pd. Strategi pembelajaran. Kencana.2008.Jakarta.hal 164-165
[3] Dr. Wina Sarjana, M.pd. Strategi pembelajaran. Kencana.2008.Jakarta.hal 165-168
[4] Ibid  168
[5] Ibid hal 168
[8] ibid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar