Senin, 04 Juli 2011

Proses belajar

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Proses belajar menunjukkan bahwa dalam belajar memerlukan serangkaian peristiwa yang pada akhirnya akan mendapatkan hasil belajar, yaitu berupa perubahan perilaku baik perilaku kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dalam serangkaian peristiwa belajar tersebut diperlukan berbagai perangkat supaya proses belajar belajar sesuai dengan yang diharapkan. Perangkat tersebut antara lain: tujuan instruksional, materi belajar, media belajar, metode belajar, dan evaluasi. Selain perangkat tersebut yang tidak kalah pentingnya adalah keadaan awal siswa dan guru yang memodifikasi perangkat belajar.
 Salah satu untuk dapat memahami konsep-konsep dan prosedural, guru perlu mengetahui berbagai teori belajar matematika, unsur pokok dalam pembelajaran matematika adalah guru sebagai salah satu perancang proses, proses yang sengaja dirancang selanjutnya disebut proses pembelajaran,siswa sebagai pelaksanaan kegiatan belajar, dan matematika sekolah sebagai objek yang dipelajari dalam hal ini sebagai salah satu bidang studi dalam pelajaran.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan proses belajar?
2.      Bagaimana proses atau fase-fase dalam pembelajaran?
3.      Kemampuan apa saja yang dihasilkan dari proses pembelajaran?
4.      Bagaimanakah kondisi atau tipe pembelajaran?


BAB II
PEMBAHASAN

A.   Definisi
Proses  belajar adalah suatu aktifitas psikis ataupun mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan setumpuk perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.
Setiap jenis belajar mengandung suatu proses belajar tersendiri yang memiliki kekhususan tersendiri,namun semua jenis belajar ini meliputi suatu prses belajar yang menunjukkan gejala-gejala ang terdapat pada semua proses belajar.
Pada proses pembelajaran, tahapan pembelajaran tidak bersifat permanen tetapi sangat ditentukan oleh konten atau materi bahan pelajaran dan situasi kelas yang ingin diciptakan oleh guru.

B.   Fase-fase dalam Proses Pembelajaran
Proses belajar menunjukkan bahwa dalam belajar memerlukan serangkaian peristiwa yang pada akhirnya akan mendapatkan hasil belajar, yaitu berupa perubahan perilaku baik perilaku kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dalam serangkaian peristiwa belajar tersebut diperlukan berbagai perangkat supaya proses belajar belajar sesuai dengan yang diharapkan. Perangkat tersebut antara lain: tujuan instruksional, materi belajar, media belajar, metode belajar, dan evaluasi. Selain perangkat tersebut yang tidak kalah pentingnya adalah keadaan awal siswa dan guru yang memodifikasi perangkat belajar.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa belajar merupakan peristiwa internal atau dalam diri individu yang belajar. Untuk memperjelas keterangan tentang proses belajar akan digambarkan tentang fase-fasenya.
Adapun fase-fase belajar yang dikemukakan oleh Robert Gagne ada 8 fase,[1] yaitu:
1.      Motivation
Adalah suatu tahapan pada diri siswa untuk diberi motivasi belajar dengan harapan bahwa akan memperoleh hadiah, misalnya siswa-siswa dapat mengharapkan bahwa informasi yang akan diberikan dapat memnuhi tentang keingintahuan mereka tentang suatu pokok bahasan yang akan berguna bagi mereka atau dapat menolong mereka untuk mendapatkan nilai yang lebih baik.
Motivasi berfungsi sebagai pendorong, pengarah, dan sekaligus sebagai penggerak perilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Guru merupakan factor yang penting untuk mengusahakan terlaksananya fungsi-fungsi tersebut dengan cara memenuhi kebutuhan siswa.Kebutuhan-kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keselamatan dan rasa aman, kebutuhan untuk diterima dan dicintai, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan untuk merealisasikan diri.
2.      Apprehencion
Adalah suatu tahapan pada diri siswa untuk memberikan perhatian pada bagian-bagian yang esensial dari suatu kejadian instruksional bila belajar akan terjadi, dimana dalam fase ini seseorang memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap artinya dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara. Misalnya “golden eye” bisa ditafsirkan sebagai jembatan di amerika atau sebuah judul film. Stimulus itu dapat spontan diterima atau seorang Guru dapat memberikan stimulus agar siswa memperhatikan apa yang akan diucapkan.

3.      Acquistion
Fase perolehan adalah suatu tahapan pada diri siswa untuk memperhatikan informasi yang relevan, maka siswa telah siap menerima pelajaran. pada fase ini seseorang akan dapat memperoleh suatu kesanggupan yang belum diperoleh sebelumnya dengan menghubung-hubungkan informasi yang diterima dengan pengetahuan sebelumnya. Atau boleh dikatakan pada fase ini siswa membentuk asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan informasi lama.

4.      Retention
Adalah fase penyimpanan informasi, ada informasi yang disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang, melalui pengulangan informasi dalam memori jangka pendek dapat dipindahkan ke memori jangka panjang, hal ini terjadi melalui pengulangan kembali (rehearsal), praktek (practice), elaborasi dan lain-lain.
Fase ini berhubungan langsung dengan ingatan, sedangkan ingatan sendiri ada 2 macam, yaitu :
a.    Memori jangka pendek, yakni jenis memori yang menyimpan informasi untuk diproses dalam jangka waktu yang cukup panjang.
b.    Memori jangka panjang, berarti suatu informasi disimpan secara permanen. Maka organisasi, makna, dan konteks adalah merupakan elemen penting dalam memori jangka panjang.
Karena tidak semua infoprmasi bisa disimpan dalam memori jangka panjang, ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh guru dalam membantu memori pelajar, yakni guru selalu menganjurkan pelajar untuk
·                     Membuat ringkasan, yang meliputi arti dan struktur dari apa yang akan diingat.
·                     Menemukan, bagaimana suatu informasi bisa berhubungan dengan apa yang diketahui sebelumnya.
·                     Membagi apa yang harus dipelajari kedalam bagian-bagian kecil secara logis.

5.      Recall and retrieval
Adalah Fase pemanggilan dimaksudkan bahwa informasi dalam memori jangka panjang dapat hilang sehingga bagian penting dari belajar adalah belajar untuk memperoleh hubungan dari apa yang telah kita pelajari untuk memanggil informasi yang telah dipelajari sebelumnya. Fase mengingat kembali atau memanggil kembali informasi yang ada dalam memori ini, kadang-kadang dapat saja informasi itu hilang dalam memori atau kehilangan hubungan dengan memori jangka panjang. Untuk lebih daya ingat maka perlu informasi yang baru dan yang lama disusun secara terorganisasi, diatur dengan baik atas pengelompokan-pengelompokan menjadi katagori, konsep sehingga lebih mudah dipanggil.
6.      Generalisation
Adalah penerapan tahapan atau fase transfer informasi, pada situasi-situasi baru, agar lebih meningkatkan daya ingat, siswa dapat diminta mengaplikasikan sesuatu dengan informasi baru tersebut.
7.      Performance
Adalah fase penampilan adalah suatu tahapan pada diri siswa untuk memperlihatkan kemampuan mereka bahwa siswa dapat belajar dari sesuatu melalui penampilan yang tampak, seperti mempelajari struktur kalimat dalam bahasa mereka dapat membuat kalimat yang benar.
8.      Feedback
Adalah suatu tahapan pada diri guru untuk memberikan umpan balik kepada siwa sebagai perwujudan bahwa siswa telah mengerti atau belum mengerti tentang apa yang diajarkan.
Menurut Jerome S. Brunner, salah seorang penentang teori S-R Bond, dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga fase[2], yaitu
1.      Fase Informasi ( Tahap Penerimaan Materi )
Dalam fase informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yan sedang dipelajar. Diantara informasi yan diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri ada pula yang berfungsi menambah, memperluas, dan memperdaln pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki.
1.      Fase Transformasi ( Tahap Pengubahan Materi )
Dalam fase transformasi, informasi yang telah diperoleh itu di analisis, diubah, atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Bagi siswa pemula, fase ini akan berlangsung lebih mudah apabila disertai dengan bimbingan anda selaku guru yang diharapkan kompeten dalam mentransfer strategi kognitif yan tepat untuk melakukan pembeljaran materi pelajaran tertentu.
2.      Fase Evaluasi
Dalam fase evaluasi, seorang siswa akan menilai sendiri sampai sejauh manakah pengetahuan ( informasi yng telah di transformasikan tadi ) dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain atau memecahkan masalah yang dihadapi.
Pada pembelajaran multimodel,[3] tahapan pembelajaran tidak bersifat permanen tetapi sangat ditentukan oleh konten/materi bahan pelajaran dan situasi kelas yang ingin diciptakan oleh guru.  Tahapan dalam proses belajar dengan pembelajaran multimodel sangat memungkinkan terjadinya kombinasi tahapan antar model-model pembelajaran yang telah ada. Prinsip dalam penyusunan tahapan pembelajaran adalah tujuan yang ingin dicapai, pengalaman belajar yang diharapkan, partisipasi siswa dalam belajar, efektivitas dalam mengelola waktu. Namun demikian, salah satu bentuk implementasi pembelajaran multimodel dapat dikemukakan dalam bentuk fase-fase pembelajaran, sebagai berikut:  
1.         Fase I (motivasi dan perumusan tujuan)
Pada tahapan awal ini, guru sebagai fasilitator melakukan ice breaker dengan siswa, kemudian direfleksi untuk memberikan motivasi atau membangkitkan semangat belajar siswa. setelah itu, guru memfasilitasi siswa untuk merumuskan tujuan pembelajaran secara demokratis. Keterlibatan siswa dalam merumuskan tujuan belajar, membangun rasa tanggung jawab dan hubungan emosional siswa dengan aktivitas belajar.
2.         Fase II (Penyajian data dan orientasi masalah)
Pada tahapan kedua ini, guru dapat menyajikan materi inti dari konten yang ingin dipahami, skill yang akan dilatih, sikap yang akan ditunjukkan serta mengarahkan kegiatan yang akan dilakukan. Guru dan siswa dapat saling berinteraksi dalam fase ini untuk selanjutnya, siswa memahami kegiatan yang harus dilakukan dalam tahap belajar berikutnya. Pada tahap ini, juga dapat dilakukan pengelompokan siswa secara berimbang dengan memperhatikan faktor efektivitas kegiatan dan kualitas interaksi.
3.         Fase III (kajian masalah dan penyelesaiannya)
Pada tahapan ini siswa diberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah yang ada bersama baik secara individual maupun kelompok yang telah ditentukan. Siswa dapat mengeksplorasi lingkungan, literature, bereksperimen, berdiskusi dengan nara sumber atau sesama anggota kelompok. Dalam tahap ini, guru dapat melakukan pendekatan kepada siswa secara individual atau kelompok untuk pembimbingan untuk efektivitas dalam pencapaian tujuan. Guru juga dapat memberikan motivasi, penguatan dan penghargaan sebagai bentuk perhatian yang dilakukan secara merata dan tepat guna kepada siswa. Namun demikian, orientasi tetap pada tanggung jawab siswa dalam menyelesaikan masalah yang diberikan melalui proses kerja sama yang memberikan peran masing-masing secara proporsional. Teori behavioral untuk pembelajaran menekankan pentingnya pengkondisian sebagai upaya mengaitkan atau mengasosiasi stimuli serta peran konsekuensi perilaku dalam menghasilkan perubahan dalam probabilitas perlaku (Santrock, 2007).
4.         Fase IV (Komunikasi/Penyajian hasil)
Pada tahap ini, guru memfasilitasi siswa mengkomunikasi pemahamannya dan atau menyajikan hasil karyanya untuk dishare kepada anggota kelas/kelompok lain. Pada tahap ini, kelompok lain dapat memberikan tanggapan dan penilaian terhadap materi yang disajikan sehingga terjadi interaksi dalam proses pembelajaran. Intervensi guru dalam hal ini, dapat berperan dalam klarifikasi dan mengarahkan untuk pembentukan kesimpulan. Dengan demikian, pengembangan akan informasi yang didapat akan lebih beraneka ragam. Interaksi yang terjadi dapat memicu kreatifitas dan daya berpikir yang lebih luas, sehingga dapat terbentuk asosiasi pengalaman sebagai stimulus untuk membentuk perilaku yang lebih baik.
5.         Fase V (Refleksi dan Penghargaan/reward)
Pada tahap ini, siswa diarahkan untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap aktivitas yang telah dilakukan dan memikirkan upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan aktivitas sehingga menjadi lebih baik. Siswa dapat melakukan evaluasi terhadap strategi pembelajaran yang diterapkan guru dan sebaliknya, guru juga dapat memberikan feedback kepada siswa. Setelah itu, guru menyampaikan penghargaan terhadap pencapaian hasil belajar siswa yang ditunjukkan selama proses interaksi serta hasil yang dicapai dari sebuah proses. Penghargaan dapat didukung oleh bukti rekaman aktivitas atau penilaian yang dilakukan oleh guru ataupun oleh siswa sendiri. Penghargaan dapat diberikan dalam bentuk pujian yang positif, sehingga dapat meningkatkan daya respon anak terhadap stimulus. Pada tahap ini pula, guru dapat memberikan suplemen materi, sebagai pengayaan yang dapat dipelajari siswa secara mandiri atau dengan bimbingan guru secara nonreguler.
Hal yang penting menjadi perhatian bagi guru dalam pembelajaran multimodel ini adalah pemeliharaan motivasi siswa agar tetap fokus dalam proses belajar. Dalam hal ini, guru harus kreatif dalam memulai proses belajar, jeli menciptakan kegiatan sela dalam setiap perpindahan fase atau pada setiap term waktu tertentu, serta cerdas dalam  mengakhiri setiap fase dan menutup proses pelajaran. Menurut Given (2007), dalam sistem pembelajaran emosional, guru dituntut menciptakan iklim kelas yang kondusif bagi keamanan emosional dan hubungan pribadi untuk siswa agar mereka dapat belajar secara efektif. Guru yang memupuk sistem emosional berfungsi sebagai mentor bagi siswa dengan menunjukkan antusiasme yang tulus terhadap anak didik, dengan membantu siswa menemukan hasrat belajar, dengan membimbing mereka mewujudkan target pribadi yang masuk akal, dan mendukung mereka dalam upaya untuk menjadi apapun yang mereka bisa capai. Oleh karena itu, pelajaran harus menarik, menantang, relevan, berkaitan dengan apa sudah diketahui siswa, bisa dicapai, atau berada dalam zona perkembangan proksimal siswa.
C.   Kemampuan (Kapabilitas) Sebagai Hasil Belajar

Setelah selesai belajar, penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan (capabilities). Kemampuan-kemampuan tersebut dibedakan berdasarkan atas kondisi mencapai kemampuan tersebut berbeda-beda. Ada lima kemampuan (kapabilitas) sebagai hasil belajar yang diberikan Gagne yaitu :

1.    Verbal Information (informasi verbal)
Adalah kemampuan siswa untuk memiliki keterampilan mengingat informasi verbal, ini dapat dicontohkan kemampuan siswa mengetahui benda-benda, huruf alphabet dan yang lainnya yang bersifat verbal.
2.         Intellectual skills (keterampilan intelektual)
Merupakan penampilan yang ditunjukkan siswa tentang operasi-operasi intelektual yang dapat dilakukannya. Keterampilan intelektual memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya melalui pengunaan simbol-simbol atau gagasan-gagasan. Yang membedakan keterampilan intelektual pada bidang tertentu adalah terletak pada tingkat kompleksitasnya.
3.         Cognitive strategies (strategi kognitif)
Merupakan sustu macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai kepentingan tertentu bagi belajar dan berpikir. Proses kontrol yang digunakan siswa untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat dan berpikir. Beberapa strategi kognitif adalah :
a.         strategi menghafal,
b.        strategi elaborasi,
c.         strategi pengaturan,
d.        strategi metakognitif,
e.         strategi afektif.
4.         Attitudes (sikap-sikap)
Merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda, kejadian atau mahluk hidup lainnya. Sekelompok sikap yang penting ialah sikap-sikap kita terhadap orang lain. Bagaimana sikap-sikap sosial itu diperoleh setelah mendapat pembelajaran itu yang menjadi hal penting dalam menerapkan metode dan materi pembelajaran.
5.         Motor skills (keterampilan motorik)
Merupakan keterampilan kegiatan fisik dan penggabungan kegiatan motorik dengan intelektual sebagai hasil belajar. Keterampilan motorik bukan hanya mencakup kegiatan fisik saja tapi juga kegiatan motorik dengan intelektual seperti membaca, menulis, dan lain-lain.

D.   Kondisi Atau Tipe Pembelajaran

1.         Signal learning (belajar isyarat)
Belajar isyarat merupakan proses belajar melalui pengalaman-pengalaman menerima suatu isyarat tertentu untuk melakukan tindakan tertentu. Misalnya ada “Aba-aba siap” merupakan isyarat untuk mengambil sikap tertentu, tersenyum merupakan isyarat perasaan senang
2.      Stimulus-response learning  (belajar melalui stimulus-respon)
Belajar stimulus-respon (S-R), merupakan belajar atau respon tertentu yang diakibatkan oleh suatu stimulus tertentu. Melalui pengalaman yang berulang-ulang dengan stimulus tertentu sesorang akan memberikan respon yang cepat sebagai akibat stimulus tersebut.
3.             Chaining (rantai atau rangkaian)
Chaining atau rangkaian, terbentuk dari hubungan beberapa S-R, oleh sebab yang satu terjadi segera setelah yang satu lagi. Misalnya : Pulang kantor, ganti baju, makan, istirahat.
4.      Verbal association (asosiasi verbal)
Mengenal suatu bentuk-bentuk tertentu dan menghubungkan bentuk-bentuk rangkaian verbal tertentu. Misalnya : seseorang mengenal bentuk geometris, bujur sangkar, jajaran genjang, bola dlsbnya. Lalu merangkai itu menajdi suatu pengetahuan geometris, sehingga seseorang dapat mengenal bola yang bulat, kotak yang bujur sangkar.
5.      Discrimination learning (belajar diskriminasi)
Belajar diskriminasi adalah dapat membedakan sesuatu dengan sesuatu yang lainnya, dapat membedakan manusia yang satu dengan manusia yang lainnya walaupun bentuk manusia hampir sama, dapat membedakan merk sepedamotor satu dengan yang lainnya walaupun bentuknya sama. Kemampuan diskriminasi ini tidak terlepas dari jaringan, kadang-kadang jika jaringan yang terlalu besar dapat mengakibatkan interferensi atau tidak mampu membedakan.
6.      Concept learning  (belajar konsep)
Belajar konsep mungkin karena kesanggupan manusia untuk mengadakan representasi internal tentang dunia sekitarnya dengan menggunakan bahasa. Mungkin juga binatang bisa melakukan tetapi sangat terbatas, manusia dapat melakukan tanpa terbatas berkat bahasa dan kemampuan mengabstraksi. Dengan menguasai konsep ia dapat menggolongkan dunia sekitarnya menurut konsep itu misalnya : warna, bentuk, jumlah dan lain-lainnya.


7.      Rule learning  (belajar aturan)
Belajar model ini banyak diterapkan di sekolah, banyak aturan yang perlu diketahui oleh setiap orang yang telah mengenyam pendidikan. Misalnya : angin berembus dari tekanan tinggi ke tekanan rendah, 1 + 1 = 2 dan lainnya. Suatu aturan dapat diberikan contoh-contoh yang konkrit.

8.      Problem solving. (memecahkan masalah)
Memecahkan masalah merupakan suatu pekerjaan yang biasa yang dilakukan manusia. Setiap hari dia melakukan problem solving bayak sekali. Untuk memecahkan masalah dia harus memiliki aturan-aturan atau pengetahuan dan pengalaman, melalui pengetahuan aturan-aturan inilah dia dapat melakukan keputusan untuk memecahkan suatu persoalan. Seseorang harus memiliki konsep-konsep, aturan-aturan dan memiliki “sets” untuk memecahkannya dan suatu strategi untuk memberikan arah kepada pemikirannya agar ia produktif.



BAB III
PENUTUP
A.                             Kesimpulan
1.    Proses  belajar adalah suatu aktifitas psikis ataupun mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan setumpuk perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.
2.    Fase-fase dalam pembelajaran:
a.       Motivation
b.      Apprehencion
c.       Acquistion
d.      Retention
e.       Recall and retrieval
f.       Generalisation
g.      Performance
h.      Feedback
3.      Kemampuan (Kapabilitas) Sebagai Hasil Belajar
a.       Verbal Information (informasi verbal)
b.      Intellectual skills (keterampilan intelektual)
c.       Cognitive strategies (strategi kognitif)
d.      Attitudes (sikap-sikap)
e.       Motor skills (keterampilan motorik)
4.      Kondisi Atau Tipe Pembelajaran
a.       Signal learning (belajar isyarat)
b.      Stimulus-response learning  (belajar melalui stimulus-respon)
c.       Chaining (rantai atau rangkaian)
d.      Verbal association (asosiasi verbal)
e.       Discrimination learning (belajar diskriminasi)
f.       Concept learning  (belajar konsep)
g.      Rule learning  (belajar aturan)
h.      Problem solving. (memecahkan masalah)


DAFTAR PUSTAKA
Uman, Cholil. 1998. Khtisar Psikologi Pendidikan. Surabaya: Duta Aksara
Shalahuddin, Mahfudz. 1990. Pengantar psikologi Pendidikan. Surabaya: Bina Ilmu
http://www.anakciremai.com/2008/11/makalah-psikologi-tentang-belajar.htmls




FASE-FASE DALAM PROSES PEMBELAJARAN
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah
“Psikologi Pembelajaran Matematika”
Oleh:
1.               Istiqomah                                (D04208040)
2.               Ulul Azmi                               (D04208077)
3.               Zahrotul Firdaus                     (D34208014)
4.               Laiyina Tussifah                      (D34209026)
5.               Mohammad Irfan Setiawan    (D74209076)
Dosen Pembimbing :
Drs. Mahfudh Salahuddin,M.Pd
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2010



Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memeberikan kita hidayah dan inayahnya, sehingga kita dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu tanpa ada halangan suatu apapun.
Dengan adanya makalah ini, kita dapat meningkatkan prestasi anak didik dalam pemahaman terhadap nilai-nilai agama islam mempertebal keimanan dan dan mengarahkan anak didik sehingga menjadi generasi yang cakap, cerdas dan berakhlaq mulia dan berguna bagi nusa dan bangsa, serta dapat menjadi insan yang kamil sesuai dengan perilaku Nabi Muhammad Saw
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Mahfudh Shalahuddin slaku dosen pembimbing mata kuliah psikologi pembelajaran. Serta teman teman yang membantu menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari banyak kelemahan-kelemahan dalam makalah kami. Oleh karena itu, apabila ada kekurangan dalam makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa jurusan pendidikan matematika. Amien!
Surabaya, 24 Maret 2010

Penulis


DAFTAR ISI


Kata Pengantar  ........................................................................................................... i
Daftar isi....................................................................................................................... ii
BAB I:  PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A.    Latar Belakang........................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah....................................................................................... 1  
BAB II : PEMBAHASAN.......................................................................................... 2
A.    Definisi....................................................................................................... 2
B.     Fase-Fase Dalam Pembelajaran.................................................................. 2
C.     Kemampuan (Kapabilitas) Sebagai Hasil Belajar....................................... 9
D.    Kondisi Atau Tipe Pembelajaran................................................................ 10
BAB III : PENUTUP................................................................................................... 12
A.    Kesimpulan................................................................................................. 12
Daftar Pustaka





[1] Drs. Mahfudh Shalahuddin. Pengantar psikologi pendidikan. Hal 50

[2] Drs. Cholil Uman. Ikhtisar Psikologi Pendidikan. Hal 17
[3] http://www.anakciremai.com/2008/11/makalah-psikologi-tentang-belajar.htmls


Tidak ada komentar:

Posting Komentar